Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya kearah
pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah
dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi
kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.
Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa
nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati
permainan itu dengan garang kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat.
Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada
montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada
penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum
kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
"Oooooooooooooooooooooooooooooooohhhhhhhhhhhh
ooooooooohhhhhhhh.....aaaaaaaaauuuuuuuuuuu, aku keluarrrrr
rrrrrrrr.........Edo..., aaaaaaaaaaaaahh.aaaaaah
aaaaaaaaaaa....hhhhooooooooohhhhhhh....nggak kuat la gi aku,
Do..ooooooohhhh, enaaknya, sayang ooooohhh Edo sayang...hhhuuuuuuuh, ibu
nggak tahan lagi," jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan
kelamin dalam rahimya muncrat memenuhi liang vagina dimana penis Edo masih
tegang dan keras.
"Oooohhh enak bu, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat...oooooohh..enak
Bu dokter, ooooohhh, semakin nikmat sekali, Bu dokter oooooohhhh enaaak,
mmmmmm..ooo oohhhhhh..uuuuuhhhhh.oooooohhhhh..oooohhhhhh, oooo hhhhhh enak
sekali..uuuuuhhhhh..Bu dokter cantik ooohh hhhh
enaaakkk...aaaaaauuuuuuhhhh...ssssshhhhhh enak bu," desah Edo merasakan
kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi,
vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding
vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh didalam liang vagina wanita itu
merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter
terasa semakin nikmat dan licin.
Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup
lagi menggoyang tubuhnya diatas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti
meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter
sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan
memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
"Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu
betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta
kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago," katanya pada Edo sambil memandang
wajah pemuda itu tepat didepan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk
menahan goyangan penis di selangkangannya.
Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji
kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan
sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
"Edo..," sapanya memecah keheningan sesaat itu.
"Ya, bu?" jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang
dokter yang begitu ia senangi.
"sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do," lanjutnya
terheran-heran,
"saya baru sekali ini melakukannya, bu," jawab Edo,
"Ah masa sih, bohong kamu, Do," sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman
Edo di bibirnya,
"benar kok, bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya," Edo
bersikeras,
"tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi
kita lakukan," lanjut sang dokter tak percaya,
"saya hanya menonton film, Bu," jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat
suasana itu kembali membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi
permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat
mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu
dari denyutan vagina sang dokter.
Edo melepaskan pelukannya lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung
sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu kearah permukaan lubang
kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka
hati.
Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter,
lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter
dari arah belakang pantatnya.
"Oooooooouuuuuuuuuuuuhhhhh, pin.tar.nya kamu Edo...ooooh ibu suka gaya ini
mmmmmmmm, goyang teruuuuuuuuuuuusssssshhhhh aaaaaahhhhhhh, enak do, oooooohh
sampai pangkalnya terussssshhh ooooohhh enaaak..tarik lagi sayang
ooooooohhhh, masukin lagii oooooooohhhh, sampai pangkal nya Edo..oooohhh
sayang enak sekali ooohhhh...oohh Edo...oooooohhhhh..mmmmm..Edo, sayang,"
desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan
kenikmatan itu dengan sangat sempurna.
Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar
masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih
detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan.
Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus
meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang
membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan
itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh
hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara
decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter
terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak
karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.
Sekitar duapuluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat
menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin
berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan
permainannya secara bersamaan.
"Huuuuuhhhhhh...oooooohhhhh....ooooohhhh.aa aaaaahhhhhh...ooooohhhh..enak
sekali..Do, goyang lagi sayang ooooohhh ibu mau keluar sebentar lagi sayang
oooohhhh goyang yang keras lagi sayang ooooohhhh..enaknya penis kamu
ooooohhhh..ibu nggak kuat lagi ooooh," jerit dokter Miranti.
"Uuuuuuhhh aaaahhhhh..oooooohhhh, mmmmmm aaaahhhhhhh saya juga mau keluar
Bu, oooohhhh dokter Miranti sayaaaang oooooohhhh mmmmmmhhhh enaaaaakk sekali
ooohhh oooooohhh, dokter sayang oooooohhh, dokter cantik ooooohhhhh
enaaaakkkkk..dokter oooohhh, dokter sayang oooooohhh vagina dokter juga enak
sekali oooooohhhh," teriak Edo juga,
"Uoooooooohhhhhhh enaknya sayang oooohh pintar kamu sanyang ooooohhh kocok
terussss ooooh genjot yang keraaass oooohhh,"
"Oooooohh dokter ....susunya oooooohhh saya mau sedot oooohhhhh," Edo meraih
susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping ,
"Oooooohh Edo pintarnya kamu sayang.ooohhh nikmatnya ooohh, ibu sebentar
lagi keluar sayang oooohhh, keluarin samaan yah ooooohhh," ajak sang dokter,
"Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter ooohhh, vagina ibu enak
sekali ooooohhh, mmmmm enaknya ooohhhhh," teriak Edo sambil mempercepat lagi
gerakannya,
Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri
permainannya,
"Aaaaauuuuuuuuuuuuuuuuwwwoooooooooooo....oo
oooooooooooooohhhhh...Edoooooooooooooo, ibu nggak tahan
la...giiiiiiiii...keluaaaaaaaaar...aaaaaaaaaauuuhhh nikmatnya sayang
ooooooooooohhhhhhhhhhhhhh," jeritnya panjang sambil membiarkan cairan
kelaminnya kembali menyembur kearah penis Edo yang masih menggenjot dalam
liang kemaluannya.
Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya
keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit
kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras kearah penisnya.
Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks
puncak permainan itu,
"Oooooooooooooooooooooooooohhhhh aaaaaaaaaaaaaa aaaaaahhhhhhhhhhhh
ooooooooouuuuuuuwwwwwwwwwaaaaa hhhhhh dok..ter...Miran..ti
sa..yyaaaaaaaaang.oooo enaaaaaaaaaaak sekaliiiiii..oooooooohh saya juga
kelu.arrrrrr oooooohhhhhhhhhh...," jeritnya panjang sesaat setelah sang
dokter mengakhiri teriakannya,
"Edo sayang oooohhh jangan di dalam sayang, oooohhh ibu nggak pakai alat
kontrasepsi, oooohhhh, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu,
oooooh enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu ooohhhh," pintanya sembari
merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai
alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil
meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.
Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang
kemaluan sang dokter, dan . cropp bresss..crooottt crooott..creeeessss,
cairan kelamin Edo menyembur kearah wajah sang dokter. Edo berdiri
mengangkang diatas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras
dan banyak kearah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan
masuk kemulut sang dokter,
"Ohhhhh...sayang.terus oooohhhh berikan pada ibu
oooohhhhh...hmmmm...nyam...enaknya oooohhh semprotkan pada ibu oooohhhh ibu
ingin meminumnya Edo oooohhh, enaaakkknya sayang oooooh lezat sekali," jerit
wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu kedalam
mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo
dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu
hingga Edo merasakan semua cairannya habis.
"Oooohhhh Bu dokter, ooooohhh dokter, saya puas sekali bu," kata Edo sembari
merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
"Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu
benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak
pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia
bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu," seru sang dokter pada Edo sambil
mencium dada pemuda itu.
"Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang
nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya
bercinta," jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti.
Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin
putingnya yang lembut.
"Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami ibu, kita sedang
berselingkuh dan ibu punya keluarga," sergah Edo sambil menatap wajah manis
dokter Miranti.
"Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang
asik menikmati tubuh wanita-wanita lain?"
"benarkah?"
"Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di
Singapura bersama kedua anakku," lanjut sang dokter memulai ceritanya pada
Edo.
Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana
suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia
dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia
saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris
dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya
sendiri.
"Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami
hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu,
dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu....," ceritanya pada Edo dengan
muka sedih.
"Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu
bersedih,"
"Tak apa, Do. Ini kenyataan kok,"
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata,
"Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..," Edo berusaha menenangkan
perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian
mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter
ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
"Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa
dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu
nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu." Kata Edo menghibur sang
dokter.
"Ah kamu bisa aja, do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang
sudah empatpuluh tiga tahun, lho?"
"Tapi, bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa
seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini," lanjut
pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat
pelukannya.
"Kamu mau pacaran sama ibu?"
"Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?" tanya
Edo,
"Kamu benar suka sama ibu?"
"Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu," Edo mengecup bibir wanita itu.
"Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?"
"Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya
sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu
benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu
ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter
sudah membuat saya benar-benar puas,"
"Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan
berikan padamu," jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah
tampak tertidur,
"Terimakasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka,"
"Ibu sayang kamu, Do"
"Saya juga, bu. Ooooh dokter Miranti....," desah pemuda itu kemudian
merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
"Oooooh Edo, sayang...," balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan
masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo
meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir
merah sang dokter.
"Oooooh dokter Miranti, sayang...oooohhhhh," desah Edo merasakan penisnya
yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang
dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan
dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.
"Oooohhh..uuuuhhhhh Edo sayang...enak.sayang, oooohhhh Edo..Ibu pingin lagi,
Do. Ooooohhh kita main lagi sayang ooooohhhhh," desah manja dan
menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
"Uuuuuuuhhhhhhhmmmmm..saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooooohhh. Ibu
cantik sekali..ooooh dokter Miranti sayang ooooohhh, remas terus kontol saya
bu ooooohh,"
"Ibu suka kontol kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. Ooooooouuuhhh,
baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini," suara desah sangt dokter
memuji kemaluan Edo.
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama
limabelas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat
sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu
begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti
berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri
permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan
menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan
selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu
digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno.
Semua di praktikkan Edo, dari 'doggie style' sampai 69 ia lakukan dengan
penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak
satu tempat di ruangan itupun yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi,
bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa diruangan itu menjadi
tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai
lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan
orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan
mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter,
mereka tertidur pulas.
Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo
yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar
merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama
ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat
meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan
sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu
birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia
lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang
dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan sex itu. Cairan maninya
terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi
disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.
Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam
pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak
pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya kini
merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran
super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah
ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan
senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur
Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah.
Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di
bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia
sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar
lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur
tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa
kering. Namun sekali lagi, ia puas sepuas-puasnya.
Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo.
Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagian cinta yang mereka raih dari
kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami
dokter Miranti tak dirumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah
sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan
seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.
Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing.
Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu.
Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius.
Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya
setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan
itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan
berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang
dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki
tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan
sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak
pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ketangan seorang pemuda perkasa
yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.
pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah
dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi
kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.
Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa
nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati
permainan itu dengan garang kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat.
Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada
montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada
penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum
kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
"Oooooooooooooooooooooooooooooooohhhhhhhhhhhh
ooooooooohhhhhhhh.....aaaaaaaaauuuuuuuuuuu, aku keluarrrrr
rrrrrrrr.........Edo..., aaaaaaaaaaaaahh.aaaaaah
aaaaaaaaaaa....hhhhooooooooohhhhhhh....nggak kuat la gi aku,
Do..ooooooohhhh, enaaknya, sayang ooooohhh Edo sayang...hhhuuuuuuuh, ibu
nggak tahan lagi," jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan
kelamin dalam rahimya muncrat memenuhi liang vagina dimana penis Edo masih
tegang dan keras.
"Oooohhh enak bu, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat...oooooohh..enak
Bu dokter, ooooohhh, semakin nikmat sekali, Bu dokter oooooohhhh enaaak,
mmmmmm..ooo oohhhhhh..uuuuuhhhhh.oooooohhhhh..oooohhhhhh, oooo hhhhhh enak
sekali..uuuuuhhhhh..Bu dokter cantik ooohh hhhh
enaaakkk...aaaaaauuuuuuhhhh...ssssshhhhhh enak bu," desah Edo merasakan
kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi,
vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding
vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh didalam liang vagina wanita itu
merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter
terasa semakin nikmat dan licin.
Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup
lagi menggoyang tubuhnya diatas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti
meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter
sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan
memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
"Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu
betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta
kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago," katanya pada Edo sambil memandang
wajah pemuda itu tepat didepan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk
menahan goyangan penis di selangkangannya.
Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji
kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan
sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
"Edo..," sapanya memecah keheningan sesaat itu.
"Ya, bu?" jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang
dokter yang begitu ia senangi.
"sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do," lanjutnya
terheran-heran,
"saya baru sekali ini melakukannya, bu," jawab Edo,
"Ah masa sih, bohong kamu, Do," sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman
Edo di bibirnya,
"benar kok, bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya," Edo
bersikeras,
"tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi
kita lakukan," lanjut sang dokter tak percaya,
"saya hanya menonton film, Bu," jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat
suasana itu kembali membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi
permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat
mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu
dari denyutan vagina sang dokter.
Edo melepaskan pelukannya lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung
sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu kearah permukaan lubang
kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka
hati.
Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter,
lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter
dari arah belakang pantatnya.
"Oooooooouuuuuuuuuuuuhhhhh, pin.tar.nya kamu Edo...ooooh ibu suka gaya ini
mmmmmmmm, goyang teruuuuuuuuuuuusssssshhhhh aaaaaahhhhhhh, enak do, oooooohh
sampai pangkalnya terussssshhh ooooohhh enaaak..tarik lagi sayang
ooooooohhhh, masukin lagii oooooooohhhh, sampai pangkal nya Edo..oooohhh
sayang enak sekali ooohhhh...oohh Edo...oooooohhhhh..mmmmm..Edo, sayang,"
desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan
kenikmatan itu dengan sangat sempurna.
Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar
masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih
detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan.
Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus
meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang
membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan
itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh
hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara
decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter
terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak
karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.
Sekitar duapuluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat
menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin
berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan
permainannya secara bersamaan.
"Huuuuuhhhhhh...oooooohhhhh....ooooohhhh.aa aaaaahhhhhh...ooooohhhh..enak
sekali..Do, goyang lagi sayang ooooohhh ibu mau keluar sebentar lagi sayang
oooohhhh goyang yang keras lagi sayang ooooohhhh..enaknya penis kamu
ooooohhhh..ibu nggak kuat lagi ooooh," jerit dokter Miranti.
"Uuuuuuhhh aaaahhhhh..oooooohhhh, mmmmmm aaaahhhhhhh saya juga mau keluar
Bu, oooohhhh dokter Miranti sayaaaang oooooohhhh mmmmmmhhhh enaaaaakk sekali
ooohhh oooooohhh, dokter sayang oooooohhh, dokter cantik ooooohhhhh
enaaaakkkkk..dokter oooohhh, dokter sayang oooooohhh vagina dokter juga enak
sekali oooooohhhh," teriak Edo juga,
"Uoooooooohhhhhhh enaknya sayang oooohh pintar kamu sanyang ooooohhh kocok
terussss ooooh genjot yang keraaass oooohhh,"
"Oooooohh dokter ....susunya oooooohhh saya mau sedot oooohhhhh," Edo meraih
susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping ,
"Oooooohh Edo pintarnya kamu sayang.ooohhh nikmatnya ooohh, ibu sebentar
lagi keluar sayang oooohhh, keluarin samaan yah ooooohhh," ajak sang dokter,
"Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter ooohhh, vagina ibu enak
sekali ooooohhh, mmmmm enaknya ooohhhhh," teriak Edo sambil mempercepat lagi
gerakannya,
Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri
permainannya,
"Aaaaauuuuuuuuuuuuuuuuwwwoooooooooooo....oo
oooooooooooooohhhhh...Edoooooooooooooo, ibu nggak tahan
la...giiiiiiiii...keluaaaaaaaaar...aaaaaaaaaauuuhhh nikmatnya sayang
ooooooooooohhhhhhhhhhhhhh," jeritnya panjang sambil membiarkan cairan
kelaminnya kembali menyembur kearah penis Edo yang masih menggenjot dalam
liang kemaluannya.
Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya
keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit
kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras kearah penisnya.
Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks
puncak permainan itu,
"Oooooooooooooooooooooooooohhhhh aaaaaaaaaaaaaa aaaaaahhhhhhhhhhhh
ooooooooouuuuuuuwwwwwwwwwaaaaa hhhhhh dok..ter...Miran..ti
sa..yyaaaaaaaaang.oooo enaaaaaaaaaaak sekaliiiiii..oooooooohh saya juga
kelu.arrrrrr oooooohhhhhhhhhh...," jeritnya panjang sesaat setelah sang
dokter mengakhiri teriakannya,
"Edo sayang oooohhh jangan di dalam sayang, oooohhh ibu nggak pakai alat
kontrasepsi, oooohhhh, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu,
oooooh enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu ooohhhh," pintanya sembari
merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai
alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil
meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.
Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang
kemaluan sang dokter, dan . cropp bresss..crooottt crooott..creeeessss,
cairan kelamin Edo menyembur kearah wajah sang dokter. Edo berdiri
mengangkang diatas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras
dan banyak kearah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan
masuk kemulut sang dokter,
"Ohhhhh...sayang.terus oooohhhh berikan pada ibu
oooohhhhh...hmmmm...nyam...enaknya oooohhh semprotkan pada ibu oooohhhh ibu
ingin meminumnya Edo oooohhh, enaaakkknya sayang oooooh lezat sekali," jerit
wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu kedalam
mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo
dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu
hingga Edo merasakan semua cairannya habis.
"Oooohhhh Bu dokter, ooooohhh dokter, saya puas sekali bu," kata Edo sembari
merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
"Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu
benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak
pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia
bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu," seru sang dokter pada Edo sambil
mencium dada pemuda itu.
"Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang
nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya
bercinta," jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti.
Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin
putingnya yang lembut.
"Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami ibu, kita sedang
berselingkuh dan ibu punya keluarga," sergah Edo sambil menatap wajah manis
dokter Miranti.
"Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang
asik menikmati tubuh wanita-wanita lain?"
"benarkah?"
"Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di
Singapura bersama kedua anakku," lanjut sang dokter memulai ceritanya pada
Edo.
Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana
suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia
dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia
saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris
dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya
sendiri.
"Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami
hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu,
dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu....," ceritanya pada Edo dengan
muka sedih.
"Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu
bersedih,"
"Tak apa, Do. Ini kenyataan kok,"
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata,
"Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..," Edo berusaha menenangkan
perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian
mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter
ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
"Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa
dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu
nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu." Kata Edo menghibur sang
dokter.
"Ah kamu bisa aja, do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang
sudah empatpuluh tiga tahun, lho?"
"Tapi, bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa
seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini," lanjut
pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat
pelukannya.
"Kamu mau pacaran sama ibu?"
"Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?" tanya
Edo,
"Kamu benar suka sama ibu?"
"Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu," Edo mengecup bibir wanita itu.
"Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?"
"Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya
sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu
benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu
ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter
sudah membuat saya benar-benar puas,"
"Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan
berikan padamu," jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah
tampak tertidur,
"Terimakasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka,"
"Ibu sayang kamu, Do"
"Saya juga, bu. Ooooh dokter Miranti....," desah pemuda itu kemudian
merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
"Oooooh Edo, sayang...," balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan
masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo
meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir
merah sang dokter.
"Oooooh dokter Miranti, sayang...oooohhhhh," desah Edo merasakan penisnya
yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang
dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan
dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.
"Oooohhh..uuuuhhhhh Edo sayang...enak.sayang, oooohhhh Edo..Ibu pingin lagi,
Do. Ooooohhh kita main lagi sayang ooooohhhhh," desah manja dan
menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
"Uuuuuuuhhhhhhhmmmmm..saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooooohhh. Ibu
cantik sekali..ooooh dokter Miranti sayang ooooohhh, remas terus kontol saya
bu ooooohh,"
"Ibu suka kontol kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. Ooooooouuuhhh,
baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini," suara desah sangt dokter
memuji kemaluan Edo.
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama
limabelas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat
sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu
begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti
berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri
permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan
menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan
selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu
digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno.
Semua di praktikkan Edo, dari 'doggie style' sampai 69 ia lakukan dengan
penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak
satu tempat di ruangan itupun yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi,
bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa diruangan itu menjadi
tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai
lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan
orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan
mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter,
mereka tertidur pulas.
Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo
yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar
merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama
ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat
meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan
sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu
birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia
lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang
dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan sex itu. Cairan maninya
terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi
disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.
Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam
pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak
pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya kini
merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran
super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah
ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan
senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur
Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah.
Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di
bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia
sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar
lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur
tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa
kering. Namun sekali lagi, ia puas sepuas-puasnya.
Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo.
Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagian cinta yang mereka raih dari
kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami
dokter Miranti tak dirumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah
sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan
seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.
Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing.
Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu.
Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius.
Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya
setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan
itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan
berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang
dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki
tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan
sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak
pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ketangan seorang pemuda perkasa
yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.