Namaku Adi, aku mahasiswa salah satu universitas swasta terkenal di jurusan ilmu komputer di Jakarta. Kejadian ini terjadi saat pameran GAIKINDO AUTO EXPO ***, di Jakarta Convention Center, Senayan. Malam itu malam penutupan pameran, aku bersama geng-ku datang ke pameran itu, di sana banyak Sales Promotion Girl (SPG) yang cantik, seksi, dan mengundang nafsu, dengan baju tank top ketat dan rok mini mereka menawarkan “produk” mereka agar laku dijual ke para pengunjung, terutama laki-laki hidung belang.
Pameran itu juga dimeriahkan dengan kehadiran para penari erotis di stand Isuzu, Peugeot, Daihatsu, dan peragaan busana yang membuat air liur menetes di stand BMW. Aku hanya bisa meneteskan air liur saja melihat mobil mewah dan cewek cantik yang merupakan kombinasi kenikmatan hidup bagi seorang lelaki sejati, maklum aja, aku belum punya pacar dan hanya naik motor Tornado hijau butut ke kampus dan sehari-hari aku menjadi sales aksesories HP dan jual-beli HP bekas.
Aku pergi bersama-sama anak-anak geng-ku, yaitu bosku, Joni, dia yang menyediakan transportasi yaitu Panther merah New-Royale tahun 1997. Konon kabarnya, ia pernah merampas kesucian tiga gadis teman SMU-ku sekaligus pada malam yang sama saat mereka “piknik” di villa-nya di Ciater. Memang uang dan kekuasaan pasti akan membawa kenikmatan tersendiri bagi orang yang memilikinya. Kami satu geng merupakan teman sejak di SMU Negeri **. jumlah geng kami hanya berjumlah 7 orang dan semuanya “batangan” alias tidak ada cewek-nya.
Tak kusangka dari sekian banyak SPG cantik, terlintas olehku Lingga, cewek bunga kelasku yang pernah “mempermainkan”-ku bersama kedua temannya Susan dan Siska, April lalu. Timbul niat jahatku untuk membalas perbuatan jahatnya padaku, karena dia pula ujian Kalkulus-ku dapat nilai D. karena saat ujian dia duduk tepat di depanku, dan CD-nya mencuat ke permukaan, terang saja saat ujian aku tak dapat konsentrasi dan mengerjakan soal dengan benar. Dia menjaga stand **** (edited).
Langsung kuhampiri dia dan menanyakan kabarnya,
“Hi, Kok kamu ada di sini?”
“Hi, Kok kamu ada di sini?”
“Iya, udah seminggu nih,” jawabnya santai.
Kami berbincang-bincang sebentar dan kuperkenalkan pada teman-temanku, mereka ngobrol, dan Joni bosku menawarkan tumpangan pulang, karena sudah sekitar jam 21.00, dan pameran hampir usai, maka Lingga tanpa pikir panjang langsung mengiyakan tawaran bosku. Dia langsung berkemas dan tidak ganti baju lagi karena katanya dia kenal dengan pemilik perusahaan itu.
Dia minta diantarkan ke kostnya di Jln. **** (edited) tempat kami berempat “bermain” dulu. Untuk ukuran SPG, busananya tergolong sopan dan tertutup, dia mengenakan kaos ketat hitam yang tertutup sampai leher dan siku, dan rok pendek hitam yang hanya 5 cm di atas lutut. Setelan warna hitamnya sangat serasi dipadupadankan dengan kalung di lehernya dan Nokia E71 digantungkan di depan dadanya.
Kami berjalan menuju mobil, entah apa yang dipikirkan Lingga saat ia menerima ajakan tadi, apakah ia sudah tidak waras? Lingga duduk di bangku depan kami berdelapan masuk, dan Joni langsung tancap gas menuju rumahnya, Lingga bingung, tapi Joni bilang dia tahu jalan pintas ke **** (edited). Ternyata Joni memang berhati iblis, dia membawa kami ke rukonya di bilangan Mangga Dua, setelah itu Lingga mencoba berontak, tapi kami semua berhasil melumpuhkannya dengan memegang erat pergelangan tangannya dan meremas-remas dengan keras payudaranya dari arah belakang dan depan. Ia pun lemas tak berdaya seketika.
Kami memapah Lingga ke kamar Joni, kebetulan orangtua Joni sedang liburan ke Lido. Joni segera mengambil Handycam-nya dan koleksi VCD porno-nya yang hampir menyamai koleksi di Glodok, karena waktu SMA dia terkenal suka memborong di Glodok, jadi dia memang sangat berpengalaman dalam hal itu, termasuk kami semua juga. Lingga masih dalam keadaan sadar dan kami merebahkannya terlentang di ranjang Joni yang sudah banyak memakan korban para gadis tak berdosa sebelumnya. Dia sudah pasrah dan sedikit terangsang karena stimulasi kami yang dahsyat tadi di garasi sebelumnya. Joni sudah dalam keadaan stand-by, kami melempar undian siapa yang maju duluan, mujurnya aku menang dan dapat kehormatan maju bertempur dahulu, yang lain harap sabar mengantri giliran. Semua pasti kebagian.
Sebelum mulai, Lingga minta ijin melepas kalung miliknya, dia taruh di tempat yang aman, dan kami mulai main seperi pada April lalu. Aku melucuti pakaiannya mulai dari kaos ketat hitamnya bertuliskan “I’m **** (edited)”, kurampas HP-nya dan bra-nya yang sudah membesar dari yang dulu, sekitar ukuran 33B sudah familiar denganku. Kubuka kait branya, dan kurenggangkan tungkai kakinya, mulai kudodori roknya dan kutarik CD-putihnya, sekejap tubuhnya terlentang tanpa sehelai benang pun. Kusodorkan penisku yang sudah siaga 1, sementara Joni merekam semua gerakan kami tadi dan menyetel VCD porno di VCD player portable-nya untuk menambah gairah kami semua. Lingga mulai mengulum dari kepala sampai testis, dia kelihatan senang sekali melakukannya dan keahliannya meningkat dari yang dulu. Tanganku langsung meremas-remas buah dadanya sampai ia sesak nafas. Kami lanjutkan dengan ber-doggy ria, setelah 15 menit, karena aku tahu diri masih banyak yang ngantri dan aku sudah mulai mau ejakulasi, jadi kutumpahkan saja di vaginanya yang bulu kemaluannya rada pitak karena kucabuti sebagai souvenir April lalu dan mempersilakan giliran selanjutnya.
Giliran selanjutnya adalah teman sekelasku, Norman, badannya kecil dan kurus, mungkin bukan lawan yang berarti bagi Lingga, tapi Norman memberikan Lingga kesempatan ambil nafas dulu, karena Norman juga sudah sering ML sebelumnya dengan pacarnya di apartemen Hotel **** (edited), dia sangat pandai mengatur ritme dan garang, tapi sayang hanya tahan selama 2 menit saja, sama lamanya dengan buang air kecil di WC. Lingga terlihat kurang puas.
Kontestan berikutnya Hendra, anak Jelambar ini sering mengetes kemampuannya setiap minggu di Kali Jodo. Badannya, anu-nya kecil, pendek, kurus tapi bulu kemaluannya keriting, kalo dilihat sekilas seperti domba berbulu hitam. Dia cukup baik terutama saat melakukan gaya misionaris, terlihat sekali stamina yang sudah sering terlatih sebelumnya.
Edy segera bersiap-siap, rambut bulenya yang baru dicat memang mirip dengan warna rambut Lingga, dan ternyata bulu kemaluannya juga dicat bule, entah salon mana yang mau melakukan layanan seperti itu. Dia tahan selama waktu 5 menit, itupun sudah dibantu Lingga dengan gaya emansipasi-nya. Mungkin Edy butuh banyak latihan lagi. Padahal ia termasuk penggemar berat gambar porno Vivian Shu, karena banyak sekali posternya di kamar Edy.
Yanto segera mengambil posisi seperti saat dia menunggang RX-King kesayangannya, dia memang sangat sayang motornya. Dia menunggangi Lingga dengan kuat sekali seperti saat ngetrek di Kemayoran, karena Yanto tiap hari melewati Kemayoran untuk ke kampusnya di Sunter. Dia mampu bertahan sekitar 7 menit.
Akhirnya datang juga yang kita tunggu-tunggu yaitu Joni, giliran aku yang memegang Handycam, dia mulai dengan foreplay yang sangat menjanjikan walaupun Lingga terlihat mulai lelah, tapi tetap dicekoki penisnya sepanjang 25 cm, dimasukkan ke rongga mulut dan vaginanya yang sudah kotor dipompa dengan full power, Lingga mendesah-desah dan mulai berteriak kesakitan, karena puting susunya sudah ditarik-tarik oleh tangan Joni yang memang sangat handal sekali, karena latihan teratur dan penghayatan peran yang sempurna dijalankan selama hampir setengah jam. Lingga langsung lemas tak berdaya lagi.
Setelah selesai pergelaran aksi Joni tadi, keadaan hening sejenak, hanya terdengar suara erangan Lingga yang sedang orgasme untuk kesekian kalinya, entah tak terhitung berapa liter sperma yang mengenang di vaginanya dan yang sudah ditelan melalui rongga mulutnya. Lingga komplain, “Lu orang beraninya maen keroyokan, entar gua bawa temen-temen gua biar kita imbang, kita liat siapa yang bisa tahan paling lama.” Entah berapa puluh cowok yang menjadi lawan mainnya atau mungkin juga cewek, karena Lingga termasuk cewek penganut hiper-biseks tulen. Kami memberinya time out untuk menge-charge battery-nya yang sudah terkuras habis.
Berikutnya adalah giliran teman sekelasku di PCM, Yosef ingin mempertontonkan hasil pertapaannya di salah satu diskotek di kawasan Mangga Besar. Di sana reputasinya cukup dikenal para WTS sebagai “Peraba ulung”, hampir tak ada satupun WTS di daerah itu baik senior ataupun yang bau kencur yang belum pernah dicoba olehnya. Ia mengambil kuda-kuda dan mulai memasukkan penisnya ke rahim Lingga dan dikocok ke segala arah, naik dan turun. Lingga menanggapinya dengan serius sekali, dari matanya terpancar kenikmatan dan dari desahannya kutahu dia sangat menikmati permainan kami. Tampang Yosef memang bisa menipu orang banyak, dengan potongan rambut culun dan kaca mata tebal seperti engkong-engkong, tapi permainannya memang sangat berpengalaman dan aku hanya merekam gerakan-gerakan tadi. Tiba-tiba tangan Lingga menegang karena tak kuasa menahan sakit dan mencoba memegang sisi ranjang untuk pegangan. Karena iseng, kutaruh penisku di atas tangannya dan kusuruh dia meremas-remas, tapi aku tahu saat itu sedang giliran Yosef dan dia mulai menggunakan gaya family style yang tak dapat ditandingi oleh Lingga. Yosef puas setelah men-doggy dan memaksa Lingga menelan dan menjilat spermanya baik dengan bibir mulut dan bibir kemaluannya.
Lingga sudah tak tahan lagi, kali ini dia baru menemukan lawan-lawan yang sepadan dengan kemampuannya. Lingga mencoba bertahan dan mencoba bangun berdiri, karena semua orang sudah mengambil gilirannya. Terdengar suara motor masuk ke dalam ruko Joni, ternyata itu adalah motor Supra Millenium milik Dody, teman geng kami yang berprofesi sebagai sales VCD porno. Dia langsung naik ke kamar Joni, dan satu hal yang tak pernah berubah darinya adalah sifat tak tahu malunya. Ketika melihat ada cewek telanjang lagi nganggur, tanpa ba bi Bu walaupun Lingga saat itu tengah mencoba bangkit langsung dilumpuhkan dengan tembakan peluru karetnya yang terkenal dahsyat. Kontan saja Lingga kembali tergeletak dan langsung dipaksa melakukan gaya-gaya yang sering ditontonnya berulang kali di VCD BF dagangannya itu. Herannya ia tanpa minta permisi dulu, baik pada kami atau pada Lingga, santapannya saat itu.
Saat ia tahu Lingga sudah bekas kami dan sudah tak ada tenaga lagi, ia tetap pantang mundur dan terus ML dengan berbagai gayanya membuat pantat Lingga kembang kempis dengan sodokan penisnya yang sangat besar, tubuh Lingga disetnya dalam posisi duduk berhadapan dan payudara Lingga diemutnya seperti bayi sedang menyusu, cairan putih kental mulai berceceran di selangkangan Lingga, untuk kesekian kalinya ia orgasme lagi. Dody dengan baiknya mau membersihkan cairan itu dengan cara dijilat dan dihisapnya sampai daerah lubang kemaluan sampai tulang selangka dan pangkal paha Lingga mengkilat seperti mobil habis dipoles, tapi sayang sekarang jadi penuh dengan bau ludah Dody.
Karena kami tak tahan dengan bau busuk itu, begitupun juga dengan Lingga, maka ia bergegas menuju kamar mandi ingin membilas tubuhnya. Joni melarang pintu kamar mandi ditutup, jadi Lingga mandi dengan ditonton live kami berdelapan dan direkam di Handycam. Lingga mandi sambil masturbasi dengan menggosok-gosok payudaranya dan memasukkan jari tengahnya ke vagina sambil disiram dengan shower, ia mengambil posisi jongkok dan mulai kencing, baru kali ini kulihat wanita kencing tepat di hadapanku, lalu bulu kemaluannya jadi tersisir rapi dibasahi oleh air pancuran yang kencang. Untung saja semua kejadian tadi sudah direkam olehku.
Kutaruh Handycam di tempat yang memungkinkan untuk mengambil fokus yang baik, lalu aku masuk kamar mandi dengan senjata yang sudah tegak 90 derajat lagi dan kemudian diikuti oleh teman-temanku. Kami mengerumuni Lingga dari 8 penjuru arah angin, ia tak berkutik dan hanya memegang pancuran, kami menggiringnya dengan mengacungkan senjata kami ke tubuhnya, belahan pantatnya dan lubang vaginanya. Kami paksa Lingga keluar kamar mandi untuk melakukan gaya pamungkas kami. Mungkin baru kami di dunia ini yang pernah mempraktekkan gaya ini, Lingga kami telungkupkan di atas Joni, dan Joni mulai memasukkan penisnya ke lubang vaginanya, dilanjutkan dengan Yanto dengan tunggangan penisnya di lubang anus Lingga. Ia terlihat mulai tak tahan, dan mulai berteriak-teriak. Tapi aku masukkan penisku di mulutnya, seketika ia tersumpal dan tak bersuara lagi. Dilanjutkan dengan Hendra yang mengangkat tungkai kaki kiri Lingga dan Norman di kaki kanan sambil meremas areal pantat Lingga yang masih kosong. Edy menaruh tangan kiri Lingga di atas penisnya dan mulai diremas oleh Lingga, Edy membalas dengan meremas payudara kiri Lingga dan Yosef juga melakukan hal yang sama tapi ia beroperasi di daerah sayap kanan. Seketika Lingga kehilangan keseimbangan. Dody naik ke atas punggung Lingga untuk menjaga keseimbangan kami dan ia mulai membalut penisnya dengan rambut Lingga dan dengan kejamnya ia menjambak rambut Lingga sampai rontok beberapa helai. Kami bertahan selama 5 menit lamanya.
Setelah formasi kami runtuh, terasa sekali betapa lelahnya memperagakan gaya tersebut. Apalagi Lingga yang menjadi objek, tapi kurasa ia menikmatinya. Kami mulai ejakulasi lagi, kali ini kami serentak menyemprotkan ke dalam rahimnya, kalau nanti Lingga sampai hamil, entah siapa ayah anak itu nanti. Sebenarnya aku kasihan juga pada dia, tapi dia bersikeras untuk melakukan hal itu, dan satu persatu bergiliran penis kami dibersihkan dengan juluran lidahnya sampai bersih semua. Dan kami mencabuti bulu kemaluannya untuk oleh-oleh kami buat mengenang masa indah ini, setiap orang dapat sekitar 7 helai. Hutan yang lebat tadi kami gunduli, entah kapan hutan itu di-”reboisasi” lagi.
Sudah hampir tengah malam, Lingga minta diantar pulang, kali ini benar-benar pulang ke rumah kost-nya. Joni menyiapkan mobil Panther Sporty silver dan mengantar Lingga pulang, entah apakah Joni minta tambah lagi di mobil atau mungkin di tempat kost-nya, tapi kurasa tidak, karena dia sudah terlalu lelah, untuk menyetir saja, kakinya terlihat gemetaran dan sempoyongan, jelas tak akan kuat untuk ronde berikutnya. Dan yang lainnya pulang naik mobil Norman, Escudo.
Kami dan Lingga sepakat untuk merahasiakan hal ini dan tetap tutup mulut, salinan rekaman tadi kami berikan pada Lingga. Selamat mencoba dan untuk Lingga kuucapkan terima kasih dan untuk Susan dan Siska tunggu pembalasan dendamku selanjutnya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar